Kamis, 06 Maret 2014


القرأة الصامتة /membaca diam


القراءة الصامتة قراءةٌ تُتِمُّ بِالنَّظَرِ فقط, دُوْنَ صَوْتٍ اَوْ هَمْسٍ اَوْ تَحْرِيْكِ الشَّفَاهِ , بَلْ حَتَّى دُوْنَ اهْتِزَازِ الْحَبْالَ الصّوَتِيَّةَ في حَنْجَرَةِ الْقَارِئِ. وَهَذَا يَعْنِي أَنَّ اْلَكِلمَاتِ الْمَكْتُوْبَةِ تَتَحَوَّلُ اِلَى مَعَانٍ في ذِهْنِ الْقَارِئِ دُوْنَ أنْ تَمُرَّ بِالْمَرْحَلَةِ الصَّوْتِيَّةِ .
وَالْغَايَةُ الرَّئِيِسيَّةُ مِنَ الْقِرَاءَةِ الصَّامِتَةِ هِيَ اْلإسْتِيْعَابُ , الذي هو الهَدْفُ مِنْ مُعْظَمِ اْلِقرَاءَةِ التي يَقُوْمُ بِها النَّاسُ. ذلك بأنَّ قَلِيْلٌا مِنَ النَّاسِ فقط هُمْ الذين يَحْتَاجُوْنَ إلى القراءةِ الجَهْرِيَّةِ كما هي الْحَالُ معَ الْمُذِيْعِيْنَ وَالْمُقْرِئِيْنَ الذي لابدَّ أَنْ يَقُوْمُوْا بِالْقِرَاءَةِ جَهْرًا.
وَمِنْ هُنَا تَبْدُوْ لَنَا أَهَمِيّةَ اْلقِرَاءَةِ الصَّامِتَةِ كَمَهَارَةِ أَسَاسِيَةٍ يَجِبُ أنْ يَتَعَلَّمَهَا الطَّالِبُ لأنهُّ يَحْتَاجُ إليْها احْتِيَاجًا وَاضِحًا. وَمِنَ الْمَقُوْمَاتِ الْأسَاسِيَّةِ لِلْقِرَاءَةِ الصَّامِتَةِ الْإسْتِيْعَابُ وَالسُّرْعَةُ. وَلِهَذَا يَجِبُ تَدْرِيْبُ الطُّلَّابِ عَلَى اِسْتِعَابِ مَايَقْرَؤُوْنَ مَعَ تَحْقِيْقِ هَدْفِ السُّرْعَةِ، أيُّ الْإستيعابِ في أَقَلِّ وَقْتٍ مُمْكِنٍ.
ولكي يتحقق  الإستيعاب والسرعة في القراءة الصامتة, لابد من تدريب الطالب على توسيع المدى البصري. ويقصد بالمدي البصري عدد الكلمات المكتوبة التي تستطيع العين التقاطها من نظرة واحدة إلى صفحة مكتوبة مع إستيعاب الذهن لها. ومن الواضح كلما زاد المدى البصري زادت سرعة القراءة الصامتة
Membaca diam ialah membaca yang sempurna dengan melihat saja, tanpa suara, samar-samar, gerakan mulut, bahkan sehingga sampai tidak menggetarkan pita suara pada pangkal tenggorakan. Dan ini berarti kata-kata yang tertulis yang berpindah dari beberapa makna terhadap orang yang membaca tanpa melewati jalur-jalur suara.
Tujuan utama dari pada membaca adalah mengambil pemahaman/penyerapan yang terkandung didalamnya, merupakan sasaran terpenting dalam membaca yang dilakukan oleh mayoritas masyarakat, hal itu dikarenakan sedikitnya manusia yang membutuhkan membaca dengan suara keras, seperti para penyiar dan pembaca yang mewajibkan mereka untuk membaca dengan keras.
Dan dari penjelasan ini jelaslah bagi kita fungsi membaca diam seperti kemampuan dasar yang wajib dipelajari oleh murid, karena sesungguhnya dia sangat jelas membutuhkannya. Komponen-komponen dasar dari membaca diam adalah pemahaman bacaan dan kecepatan membaca, karena ini semua wajib bagi para pelajar untuk belajar mengambil intisari dari apa yang telah mereka baca dengan kebenaran sasaran secara cepat yakni mengambilnya dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Untuk mencapai pemahaman dan kecepatan dalam membaca diam, maka wajib bagi murid untuk melatih bebasnya jangkauan mata. Jangkauan mata adalah banyaknya kalimat yang tertulis yang mata bisa menangkapnya dengan satu pandangan pada satu halaman yang tertulis bersamaan masuknya pemahaman yang meresap kedalam hati, jelasnya ketika jangkauan mata bertambah maka bertambah pula kecepatan membaca diam.
ومن وسائل تحقيق اتساع في المدى البصرى أن يجعل المعلمُ طلابه يقرؤون تحت ضغط الوقت، أي أن يكون الوقت المخصص لقراءة كمية محددة من السطور وقتًا محسوبًا بعناية بحيث لايكون أطول مما ينبغي ولا أقصر مما ينبغي.
Termasuk cara untuk memperluas jangkauan mata pandangan adalah guru membiasakan murid membaca dalam waktu yang dibatasi. Yakni murid membaca beberapa baris yang telah dibatasi dalam waktu yang dibatasi pula. Dengan catatan, waktu yang disediakan tidak lebih panjang dari semestinya dan tidak lebih pendek dari semestinya pula.
فالوقت الطويل يعوِّد الطالب على التياطؤ في القراءة، والوقت القصير يجعل الاستيعابَ ناقصاً.
Waktu  yang panjang, akan menjadikan murid lambat dalam membaca, sedangkan dalam waktu yang pendek akan menjadikan murid kurang memahami apa yang dibaca.
وعلى كل حال، فإن ضغطَ الوقتِ يحفزُ الطالبُ إلى زيادة إتساع المدى البصرى، كما يحفزه إلى الإقلال من عدد التراجعات البصرية.
التراجعات البصرية  ويقصد بالتراجع البصرى عَوْدَةُ العينِ إلى كلمات وسطور سابقة بدَلًا من تَقَدُّمِ العينِ إلى كلمات وسطور لَاحِقَةً. كما أن ضغط الوقت سقلل من التراخي بين المدى البصري والمدى الذي يليه، ويقصد بالتراخي فَتْرَةَ الخمول بين اللقطة اليصرية واللقط التي تليها.
Dalam setiap keadaan, apabila waktu dibatasi, akan mendorong murid-murid untuk menambah luas jangkauan matanya. Dan dapat mendorong murid-murid untuk meminimalkan banyaknya tempat kembalinya pandangan (عدد التراجعات البصرية) yang dimaksud  adalah mata kembali memandang pada beberapa kalimat dan baris yang telah dilalui karena belum faham. Dan dengan membatasi waktu dalam membaca, murid dapat meminimalkan (التراخي) sesuatu yang berada dalam jangkauan mata dan sesuatu lain yang mengiringinya. Yang dimaksud dengan التراخي adalah waktu sejenak untuk memasukkan pemahaman sesuatu antara yang ditemukan oleh mata dan sesuatu lain yang mengiringinya.
 كما أن ضغط الوق يؤدّي إلى الإقلال من التثبيت البصري، الذي يقصد منه أن تُحَمْلِقُ العينُ مدة طويلة على مدى بصري ما قل أن تَنْتقل إلى المدى التالي .
Dengan membatasi waktu dalam membaca, murid bisa meminimalkan memusatnya pandangan mata, maksudnya mata terpusat dalm waktu yang lama pada satu jangkauan mata, sebelum akhirnya berpindah pada jangkauan mata lainnya.
وهكذا نرى أن سرعة القراءة الصامتة تتحقق بأربعة عنا صر على الأقل:
اتساع المدى البصري (۱)
(۲الإقلال من التراجع البصري زمنا وعددا
(٣) الإقلال من التراخي البصري زمنا وعددا
(٤) الإقلال من التثبيت البصري زمنا وعددا
Begitu juga pendapat kita sesungguhnya membaca diam yang benar paling sedikitnya terbagi menjadi  4 unsur:
·Luasnya pandangan mata
·Menyedikitkan kembalinya penglihatan baik dari segi waktu dan jumlah kalimat
·Menyedikitkan jedanya penglihatan baik dari segi waktu dan jumlah kalimat
·Menyedikitkan tetapnya baik dari segi waktu dan jumlah kalimat
ويلاحظ أن كل عنصر من العناصر الثلاثة الأخيرة ذو وجهين: وجه يتعلق بالزمن ووجه يتعلق بالعدد. فلو أخذنا التراجع البصري نجد أن العين قد تتراجع لمدة ثانية واحدة او أكثر بعد لقطة ما،وهذا يمثل الجانب الزمني. وقد نجد أن هذا التراجع يحدث مرة في كل سطر أو مرتين أو مرة في كل سطرين، وهذا يمثل الجانب العددي. وينطبق الشيء ذاته على التراخي البصري والتثبيت البصري.
وعند تطبيق القراءة الصامتة في غرفة الصف، لابد من مراعاة مايلي:
(۱) منع الطلاب من الهمس أثناء القراءة.
(۲) منع الطلاب من تحريك الشفاه أثناءَ القراءة
(٣) تحديد وقت مناسب يعينه المعلم سلفا لكل واجب قرائي
(٤) إتباع القراءة الصامتة بأسئلة لقياس استيعاب الطلاب
(٥) تعويد  الطلاب على سرعة القراءة عن طريق إحساس الطالب بضغط الوقت
Sesungguhnya setiap unsur dari 3 unsur yang terakhir mempunyai dua sisi (ذو وجهين). Satu sisi berhubungan dengan zaman atau waktu dan sisi lainnya berhubungan dengan jumlah adat. Jika kita membahas mengenai berulang-ulangnya mata dalam memandang kita akan menemukan bahwa mata terkadang mengulangi pandangannya sebanyak dua kali untuk satu baris atau lebih dalam menemukan sesuatu. dan ini perumpamaan dari sisi waktu dan terkadang kita menemukan bahwa mata mengulangi pandangannya satu kali dalam tiap-tiap baris atau dua kali dari tiap-tiap dua baris, dan ini perumpamaan dari sisi jumlah.  Dan sesuatu yag tertutup dzatnya pada jedanya dan tetapnya penglihatan.
Menurut penerapan  القراءة الصامتة dalam ruang kelas, harus menjaga dri hal-hal berikut:
·Mencegah murid-murid dari berdesis di tengah-tengah membaca
·Mencegah murid-murid dari bergerak bibirnya di tengah-tengah membaca
·Keterbatasan waktu yang sesuai yang ditentukan seorang guru pada masa sebelumnya untuk setiap tugas membaca
·Keikut sertaan القراءة الصامتة dengan pertanyaan-pertanyaan untuk menganalogkan (mengukur) evaluasi murid-murid
·Membiasakan murid-murid untuk membaca cepat dari jalan kepekaan murid dalam waktu yang sempit.

Senin, 03 Maret 2014



“SISTEM PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN RIYADLATUL ULUM”
Oleh : Muhammad Jadmiko


Apa sih Pondok Pesantren Itu ?
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan islam berasrama di Indonesia yang bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang agama islam.
Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, kata santri dalam bahasa jawa berarti murid, sedangkan istilah pondok berasal dari bahasa arab الفُنْدُقْ yang berarti penginapan.
Pondok pesantren dipimpin oleh seorang kiyai dan pada prakteknya kiyai dapat menunjuk santri senior (disebut : lurah) untuk mengkoordinir adik-adik kelasnya.
Jadi dapat disimpulkan pondok pesantren harus :
1.    Memiliki kiyai sebagai pengasuh / pemimpin.
2.    Memiliki santri sebagai muridnya.
3.    Memliki asrama sebagai tempat tinggal santri.

Bagaimana Pembelajaran di Pondok Pesantren  ?
Menurut pembelajaran yang dilaksanakan di Pondok Pesantren, dapat dibedakan menjadi 2 :
1.    Pondok Pesantren Salafi
Pondok Pesantren salafi / salafiyah adalah pondok pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama saja dalam sistem pembelajarannya sesuai dengan karakteristik pondok pesantren tersebut (tahfizd/nahwu-shorof/fikih/tauhid dll).
Ada juga yang mengartikan sebagai pondok pesantren yang mengajarkan kitab-kitab kuning (kitab klasik/kuno).
2.    Pondok Pesantren Modern
Pondok Pesantren modern adalah pondok pesantren yang juga mengajarkan ilmu agama dan ilmu umum (seperti : fisika, biologi) dan pada umumnya memiliki sekolah formal (MI/MTs/MA).
Atau ada juga yang mengartikan pondok pesantren yang mengajarkan kitab-kitab modern sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada.
Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan non-formal dalam pembelajarannya dapat menentukan sistem kurikulumnya secara mandiri. Kurikulum ini sangat tergantung kepada kiyai sebagai pengasuh yang akan menentukan karakteristik dan jenis pondok pesantren.

ü  Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua yang ada di Indonesia.
ü  Istilah Pondok Pesantren hanya ada di Indonesia, di Negara lain seperti Malaysia dan Thailand Selatan disebut Sekolah Pondok, sedangkan di India dan Pakistan disebut Madrasa Islamia
 




Bagaimana Dengan Pondok Pesantren Riyadlatul ‘Ulum  ?
Pondok Pesantren riyadlatul ulum sebagai pondok pesantren salafiyah yang berbasis nahwu-shorof, tentunya memiliki kurikulum tersendiri dan tidak bisa disamakan dengan pondok pesantren lainnya.
Sesuai dengan karakteristiknya (nahwu) maka pembelajaran di pondok pesantren riyadlatul ulum menitikberatkan pada ilmu nahwu dan shorof dan menjadikan ilmu nahwu sebagai patokan dalam menentukan tingkatan kelas yang dimulai dari :
1.    Kelas Isti’dad (Sabrowi)
2.    Kelas Ibtidak Awal (Al Jurumiyah)
3.    Kelas Ibtidak Tsani (Muroddan)
4.    Kelas Ibtidak Tsalist (I’rob)
5.    Kelas Alfiyah Ula (Imrithi)
6.    Kelas Alfiyah Tsani (Alfiyah)

Disamping itu, juga diajarkan cabang ilmu-ilmu agama islam yang lain, sesuai dengan tingkatan kelas masing-masing, seperti :
1.    Shorof
2.    Fikih
3.    Akhlaq
4.    Tauhid
5.    Hadist
6.    Tarikh
7.    Tajwid
8.    Bahasa Arab

Selain itu juga diselenggarakan kegiatan-kegiatan yang berlaku di masyarakat jama’ah ahlus sunnah wal jama’ah, sehingga dengan berbagai ilmu yang nantinya dimiliki oleh santri, secara mental dan pengalaman mereka terlatih untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
1.    Tilawatil Qur’an (Seni Baca Al-Qur’an)
2.    Khitobah (Latihan Ceramah)
3.    Kultum (Ceramah Singkat)
4.    Pengajian Mingguan
5.    Yasinan
6.    Manaqib Syekh Abdul Qodir
7.    Ro’an (Kerja Bakti)
8.    Sholawat Albarzanji
9.    Ziarah Kubur
10. Praktek Ibadah

ü  Pondok pesantren bukan hanya mendidik kecerdasan dalam ilmu agama tetapi lebih pada prilaku dan praktek dalam kehidupan sehari-hari (Akhlaqul Karimah).
ü  Seluruh Kegiatan di Pondok Pesantren dari bangun tidur sampai menjelang tidur lagi semuanya adalah pembelajaran untuk setiap santri (Berlatih hidup mandiri).
ü  UU PP RU : Seluruh santri wajib mengikuti pengajian yang telah ditentukan oleh pengasuh dan pengurus Pondok Pesantren (BAB II, pasal 2)  
 






Teruss Metode-nya ??
Dalam dunia pondok pesantren, dikenal beberapa istilah dalam penggunaan metode pembelajaran yang dilaksanakan diantaranya :
1.    Ceramah, dimana seorang ustadz memberikan penjelasan tentang materi yang disampaikan
2.    Sorogan, dimana seorang santri membaca dan disimak oleh seorang ustadz dan membenarkan jika terjadi kesalahan.
3.    Taqror/Sawir/Bahtsul Masail, dimana ustadz memberikan permasalahan untuk didiskusikan secara berkelompok.
4.    Lalaran, dimana santri membaca materi secara bersama-sama dan biasanya berupa bait-bait nadzam.
5.    Hafalan, dimana santri membaca materi tanpa melihat teks dan disimak oleh ustadz.
6.    Bandungan/Kilatan, dimana pembelajaran yang diadakan lebih menitikberatkan kepada selesainya suatu kitab dibaca oleh asatidz (berlaku khusus bulan Ramadhan)
7.    Imtihan, adalah evaluasi dari suatu pembelajaran, dalam 1 tahun diadakan 2 kali yaitu nisfusannah dan akhirusannah

ü  Siapkah anda menjadi santri Pondok Pesantren Riyadlatul ‘Ulum ?
ü  Jean Marie Stine : Jaringan otak manusia sebenarnya melebihi jaringan komputer manapun, karena otak manusia dapat menggunakan 100 Milyar bit informasi dan dapat bergerak lebih dari 300 mil perjam.
ü  Anda Tidak Bisa ? / Anda Tidak Mau ? / Anda Tidak Kuat ?
 





Note :
·     Materi disampaikan pada orientasi santri baru (OSB) Pondok Pesantren Riyadlatul ‘Ulum Tahun Pelajaran 2011/2012
·     Pemateri adalah pengurus Pondok Pesantren Riyadlatul ‘Ulum (Departemen Pendidikan)
·     Referensi : 1) Rahasia Sukses Fuqoha, 2) Kamus Al Munawir Arab-Indonesia, 3) http://id.wikipedia.org